Hari Buruh
30 Mei 2025 • Kajian
Dilakukan Oleh : Kementerian Adkastrat

“May Day”alias Hari Buruh yang diperingati tiap 1 Mei itu sebenernya kayak “ulang tahun” buat para pekerja di seluruh dunia. Hari spesial yang nggak cuma sebatas hari libur, tapi juga momentum penting buat menghargai perjuangan pekerja dalam mendapatkan hak-hak yang layak. Ya mirip sama kita yang perjuangin nilai bagus setelah begadang semalaman ngerjain tugas.

Jadi ceritanya, di Amerika Serikat akhir abad ke-19, kondisi kerja para buruh itu parah banget. Bayangin aja, mereka kerja 10 sampe 16 jam sehari. Upahnya pun nggak sebanding sama effort yang dikeluarin. Ibaratnya nih, ngerjain tugas kelompok sendirian tapi nilai dibagi rata. Belum lagi lingkungan kerja yang bahaya, tanpa jaminan keselamatan.
Sampai akhirnya pada 1 Mei 1886, sekitar 400 ribu buruh di Amerika Serikat turun ke jalan untuk ngelakuin aksi massa. Demonstrasi besar-besaran ini jadi turning point yang bikin Kongres Sosialis Internasional di Paris tahun 1889 menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.
Emang ada kaitannya sama kita?
Sebenernya mahasiswa itu kayak “buruh in training.” Mungkin sekarang statusnya masih “apprentice” yang sibuk ngumpulin TAK dan ngejar cumlaude, tapi fast forward beberapa tahun, kita akan masuk dunia kerja yang surprisingly ternyata nggak se-Instagram-worthy yang kita bayangin.
Ibarat nonton iklan game yang keliatan keren banget, tapi pas mainin gamenya ternyata beda jauh, dunia kerja yang bakal kita masuki seringkali nggak seindah yang dijanjikan waktu motivasi-motivasi di kampus. Kita bakal hadapi realita-realita yang jauh dari ekspektasi.
Ngomongin tentang isu-isu yang diperjuangin buruh sekarang kaya upah layak, jaminan kesehatan, cuti yang cukup, lingkungan kerja yang aman dan lain-lain, itu sebenernya bakal jadi concern kita juga nanti. Ibaratnya tuh kita ikut kating kita yang lagi sidang skripsi, kita tuh sebenernya lagi lihat preview masa depan kita sendiri.
Terus realita di Banyumas gimana?

Coba bayangin satu kelas yang isinya 50 orang. Nah, menurut data BPS, di Banyumas sekitar 3 orang dari kelas itu bakal nganggur setelah lulus! Yap, 6,18% penduduk Banyumas masih dalam status “available but not working” alias pengangguran pada Agustus 2024.
Walau sebenarnya angka ini udah bisa dibilang menurun dari tahun 2023, yaa ibaratnya kaya nilai UTS yang naik dari C ke BC, peningkatan sih, tapi masih jauh dari target cumlaude kan?
Tapi penurunan pengangguran ini perlu dianalisis lebih lanjut sih, apakah disebabkan oleh peningkatan kesempatan kerja yang layak atau justru karena pergeseran ke sektor informal yang kurang terlindungi. Ini penting banget buat mastiin kalo penurunan pengangguran bener-bener mencerminkan perbaikan dalam kualitas pekerjaan yang tersedia.
Gak hanya itu, data BPS juga nunjukin kalo pada tahun 2024, jumlah penduduk miskin di Banyumas mencapai 207,80 ribu jiwa, atau sekitar 11,95% dari total penduduk. Itu artinya hampir 1/8 warga Banyumas hidup di bawah garis kemiskinan.
Kondisi ini nunjukin kalo pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya merata keseluruh penjuru. Faktanya, angka-angka itu bukan cuma digit-digit angka yang ada di laporan statistik. Sebenernya ada banyak faktor yang bikin situasi ini terus terjadi salah satunya ya Upah Rendah. Kayak dapet “uang bulanan” yang ternyata cuma cukup buat bertahan hidup seminggu setelah bayar kosan, uang kas, iuran kepanitiaan/organisasi, sama ngopi-ngopi cantik. Sisanya? “makan indomie aja kali ya…”
Refleksi

Pada akhirnya, memahami isu perburuhan bagi mahasiswa bukanlah sekadar aksi solidaritas apalagi sebatas fomo semata. Ini adalah investasi dalam masa depan kolektif kita. Di tengah tantangan besar seperti ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, perubahan iklim yang mengancam, dan disrupsi teknologi yang mengubah lanskap pekerjaan, kita membutuhkan generasi pemimpin yang tidak hanya terampil secara teknis tetapi juga memiliki visi keadilan sosial yang kuat.
Lebih jauh, keterlibatan mahasiswa dalam memahami dan menyuarakan isu perburuhan bukanlah hal baru dalam sejarah pergerakan sosial. Di banyak negara, termasuk Indonesia, aliansi antara gerakan mahasiswa dan buruh sudah menjadi kekuatan pendorong perubahan kebijakan dan pembela hak-hak rakyat kecil. Mahasiswa memiliki kapasitas kritis dan akses terhadap pengetahuan, yang menjadikan mereka pihak yang strategis dalam mendampingi perjuangan buruh.
Referensi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh
- https://www.detik.com/jateng/berita/d-7317775/sejarah-hari-buruh-1-mei-ini-latar-belakang-dan-tujuan-peringatannya
- https://banyumaskab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTM4IzI=/tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-kabupaten-banyumas-.html
- https://banyumaskab.bps.go.id/id/statistics-table/2/ODIjMg==/penduduk-miskin-kabupaten-banyumas.html
- Welfare Statistics of Banyumas Regency